- Back to Home »
- Perkembangan 2D ke 3D
Posted by : Unknown
Rabu, 21 Oktober 2015
Perkembangan 2D Ke 3D

Menurut Wikipedia, Sebuah film 3D
atau 3-D (tiga dimensi) atau S3D (stereoscopic 3D) Film adalah sebuah film yang
meningkatkan ilusi kedalaman persepsi. Berasal dari fotografi stereoskopik,
gambar sistem gerak kamera biasa digunakan untuk merekam gambar seperti yang
dilihat dari dua perspektif (atau komputer-generated imagery menghasilkan dua
perspektif pasca-produksi), dan perangkat keras proyeksi khusus dan / atau
kacamata yang digunakan untuk menyediakan ilusi kedalaman ketika melihat film.
Film 3D tidak terbatas pada rilis film teater, siaran televisi dan
direct-to-video film juga memasukkan metode yang serupa, terutama karena
televisi 3D dan Blu-ray 3D.
Akhir-akhir ini banyak sekali
muncul berbagai macam film berformat 3D.
Entah itu film yang bertamakan kartun, fiksi ilmiah hingga action film.
Memang film bertema 3D telah menjadi booming
semenjak kesuksesan film fiksi ilmiah Avatar (2009). Menurut saya, sebuah
film 3D yang bagus adalah ketika film yang dibuat 3D lebih ke kategori action
dan animasi, bukan ke dalam kategori drama. Film-film berkategori animasi dan
action tersebut jika dibuat dalam format 3D akan lebih terasa sensasinya saat
si penonton menonton film tersebut. Misalnya saat adegan tembak-tembakan,
penonton akan lebiih merasa real sat
menontonya dan mereka pun akan enjoy menikmatinya.
Sebuah film berkategori drama
seperti percintaan ataupun komedi, tidak cocok untuk dibuat film berformat 3D.
Karena hal-hal yang terjadi dalam film darama cenderung kurang menarik dan
lebih sedikit adegan-adegan action-nya.
Memang ada beberapa film berkategori drama seperti Titanic yang kembali dirilis
dalam format 3D, namun walaupun begitu menurut saya film Titanic tersebut
kurang cocok di beri format 3D.
Untuk mengubah film 2D kedalam
format 3D, dibutuhkan ekstra kerja keras dan biaya yang tidak sedikit. Hal ini
pernah di lakukan Walt Disney Pictures ketika merubah ulang format film mereka
ke 3D, mereka harus men-scan setiap frame asli kemudia dimanipulasi untuk
menghasilkan versi kiri-mata dan mata kanan. Puluhan film kini telah diubah
dari 2D ke 3D.
Ada 3 metode dalam pengubahan
film 2D ke 3D diantaranya :
Metode kedalaman dari gerak
Metode ini memungkinkan film
untuk secara otomatis memperkirakan kedalaman menggunakan berbagai jenis gerak.
Dalam kasus ini, peta kedalaman kamera merekam seluruh gerak adegan dalam film
agar dapat dihitung geraknnya. Juga, gerakan obyek dapat dideteksi dan daerah
bergerak dapat diberikan dengan nilai kedalaman lebih kecil dari latar
belakang. Selain itu, oklusi memberikan informasi tentang posisi relatif
permukaan bergerak.
Kedalaman dari fokus
Pendekatan jenis ini juga disebut
"kedalaman dari defocus" dan "kedalaman dari blur". Dalam
pendekatan "kedalaman dari defocus" (DFD), informasi kedalaman
diperkirakan berdasarkan jumlah gambar kabur yang dianggap objek, sedangkan
"kedalaman dari fokus" (DFF) pendekatannya cenderung membandingkan
ketajaman obyek rentang gambar yang diambil dengan jarak fokus yang berbeda
dalam rangka untuk mengetahui jarak ke kamera. DFD hanya membutuhkan 2 sampai 3
gambar pada fokus yang berbeda untuk bekerja dengan benar sedangkan DFF
membutuhkan 10 sampai 15 gambar tetapi
lebih akurat daripada metode sebelumnya (DFD).
Kedalaman dari perspektif
Ide metode ini didasarkan pada
kenyataan bahwa garis paralel, seperti rel kereta api dan pinggir jalan, tampak
menyatu dengan jarak, akhirnya mencapai titik hilang di cakrawala. Menemukan
ini titik hilang memberikan titik terjauh dari seluruh gambar. Semakin garis
konvergen, semakin jauh mereka tampaknya. Jadi, untuk peta kedalaman, daerah
antara dua garis menghilang tetangga dapat didekati dengan pesawat gradien.
Selain itu ada pula beberapa
software yang digunakan untuk pengkonversian film 2D ke 3D yakni ;
- Gimpel3D
- YUVsoft 2D to 3D Suite
- Movavi Video Converter 3D
- VFX 2D to 3D Converter
- Dan lain sebagainya
Referensi